Sekarang bisa kita saksikan bersama, sudah berapa banyak manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penghuni sementara di muka bumi ini. Dan tugas manusia tentu sangat berat. Ia harus beribadah dengan sebenar-benarnya ibadah. Ia diciptakan untuk menjadi khalifah agar mampu membawa perdamaian dengan kepemimpinannya, berlaku adil dan berbicara yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil.
Allah menyiapkan surga dan neraka sebagai tempat kembali yang kekal abadi. Barangsiapa bekerja karena Allah, maka ia akan kembali ke dalam surga. Dan, barangsiapa bekerja karena mengikuti setan, maka ia akan dikumpulkan bersama di dalam neraka.
“Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka tunduk (beribadah) kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru pada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-‘Imran : 104)
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. at-Taubah: 111)
Beribadah bukanlah pekerjaan yang ringan. Apalagi bagi orang yang tidak menekuni agama. Seorang imam syahid Hasan al-Banna sekalipun merasa seperti kurang dengan waktu yang ada untuk mengerjakan semua yang diperintahkan Allah dan meninggalkan yang dilarang Allah. Bukan menyalahkan atau mengeluhkan, tetapi memang seperti itulah perasaan asy-Syahid yang namanya melambung tinggi sebagai penggagas gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin. Karena memang banyak pekerjaan yang harus dituntaskan oleh manusia di bumi ini. Apalagi sebagai seorang da’i.
Ikhwah, kini kita juga bisa melihat orang-orang di sekitar. Khususnya aktifitas masyarakat Jakarta yang setiap detik tampak padat berlalu-lalang memenuhi jalanan, bahkan sampai membawa kemacetan di setiap sudut. Mereka bekerja dari pagi hingga malam, tidak sedikit kita jumpai juga orang-orang yang jarang pulang akibat sibuk dengan pekerjaannya. Yang menjadi pertanyaan adalah, mereka sibuk karena bekerja atau disibukkan karena beribadah? Apakah bekerja berbeda dengan beribadah? Bukankah bekerja juga merupakan ibadah?“Jika kita menanam padi, maka sudah pasti akan tumbuh rumput. Tetapi, jika kita menanam rumput jangan harap akan tumbuh padi.”
Memang benar, bekerja adalah ibadah jika setiap usahanya dilakukan atas dasar mencari ridha Allah dan dalam rangka beribadah kepada-Nya. Tetapi, bekerja tidak menjadi bagian dari ibadah jika usaha yang dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia. Ada satu ungkapan yang tidak asing
Ungkapan ini memang benar adanya. Jangan pernah mengharapkan surganya Allah. Sedangkan kita bekerja hanya untuk kehidupan dunia, terlalu cinta terahadap dunia dan takut dengan kematian. Cinta dunia membuat manusia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta, jabatan, eksistensi dan lain sebagainya yang semua itu hanya akan sirna setelah ajal menjemput. Dan sebenarnya pada saat-saat seperti itulah manusia sedang terjangkit penyakit wahn dan dalam kondisi yang sangat menyedihkan.
“Hampir tiba suata masa dimana bangsa-bangsa dan seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka”. Maka salah seorang sahabat bertanya, “Apakah karena kami sedikit pada hari itu?” Nabi saw. menjawab, “Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali. Tetapi, kamu umpama buih di lautan, dan Allah akan mencabut rasa takut terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit wahn.” Seorang sahabat bertanya, “Apakah wahn itu ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Cinta pada dunia dan takut pada mati.” (Hadits Abu Daud).
Tetapi, bagi orang-orang yang bekerja di bumi ini dengan mengharapkan ridha dan untuk beribadah kepada Allah, maka Allah akan selalu memberikan jalan keluar dari setiap ujian hidup dan akan meneguhkan kedudukannya.
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong agama (Allah), niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Ikhwah, di manakah posisi kita saat ini? Apakah pekerjaan kita sudah mencerminkan sebagai ibadah? Ataukah pekerjaan kita hanya sebatas mencari kesenangan hidup semata? Jangan sampai kita terlalu menikmati pekerjaan. Sedangkan tak sadar, bahwa sesungguhnya setan telah menguasai kita. Mudah-mudahan hati kita tergerak dan semakin peka dengan apa yang akan kita kerjakan. Karena sesungguhnya, setiap diri akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah atas apa yang telah dikerjakan. Wallahu A’lam.
Sumber:Dakwatuna.com
0 komentar:
Posting Komentar