Terkadang perjalanan hidup ini tak semanis seperti yang kita inginkan. Derita, cacian, penghinaan, bahkan fitnah mungkin menghiasi perjalanan hidup. Hingga tak sedikit manusia yang ingin cepat keluar dari kehidupan ini, Entah dengan cara bunuh diri atau berdoa agar cepat meninggal dunia. Seolah dunia ini tak adil – bagi sebagian orang - .Dunia memang tidak diciptakan untuk memberikan keadilan. Dunia hanya menyediakan potensi keadilan, manusia lah yang mengambilnya dan menyebarkan keadilan itu.
Sangat memiris hati jika kita melihat berita-berita kriminal hari ini. betapa nilai-nilai agama telah jauh dalam hati mereka. mungkin kalau hanya pembunuhan antara dua orang lelaki masih kita anggap wajar – walaupun sebenarnya tidak – nyatanya yang terjadi ada seorang ibu atau ayah tega membunuh anak kandungnya sendiri. Na’uzubillah, semoga Allah memberikan hidayah kepadanya. Entah apa yang terlintas dalam pikirannya. Hanya karena kesulitan ekonomi nyawa taruhannya
Saudaraku yang beriman, mari kita bersikap “ADIL” setelah Allah memberikan kemampuan kita untuk menyebarkan keadilan itu kepada orang-orang yang merasa belum mendapatkan “keadilan”.
Mari kita lihat seorang ibu yang tega membunuh anaknya. Apakah ini tidak bertentangan dengan fitrah seorang ibu? yang Allah tamankan jiwa penyayang dalam dirinya. Jiwanya yang lembut terhadap anak dan kesabaran yang tiada tara Allah ilhamkan kepada hati seorang ibu. Bahkan Allah menyebut mereka kaum ibu adalah Malaikat dunia. Jelas ada yang salah disini. Sejatinya seorang ibu akan merawat dan menyayangi sang bayi tapi justru ada yang tega membunuhnya. Lalu, siapa yang salah dengan adanya pembunuhan itu ? saudaraku mari kita bersikap jujur, bisa jadi yang salah adalah “ KITA”.
Pernahkah kau tanya kepada seorang ibu yang membunuh tadi ? mengapa ia tega melakukan hal keji tersebut. Pernahkah kau melihat bagaimana kesehariannya ?. pernahkah kau sudi mendengar curahan hatinya ?. pernahkah kau peduli tatkala sang ibu menangis setiap malam karena melihat anaknya yang kurus kelaparan ?, terkadang ia harus mencari cara agar anaknya tertidur walau dalam keadaan lapar.
Kita hanya bisa memvonis dan menyalahkan mereka. Contoh sederhana saja jika ada seorang peminta-minta datang kerumah, biasanya kita akan berucap “ dasar pemalas” atau “pasti ada yang menyuruh dia, gak usah di kasih saja”. Huh.... padahal kita tak tahu, bisa saja dia sudah mencari pekerjaan siang dan malam namun belum dapat juga dan terpaksa meminta-minta agar anaknya bisa makan. Atau seseorang yang murtad masuk agama kristen karena terkena proyek kristenisasi. Biasanya kita juga akan berucap “ huh imannya lemah sih, makanya pengajian”, atau “makanya cari ilmu agama supaya imannya kuat”. Lagi- lagi kita hanya bisa memvonis. Pernahkah kita komentar tatkala mereka menangis karena kelaparan. Pernahkah kita komentar tatkala rumah mereka yang berdindingkan karton beratapkan papan jelek dan berlantaikan tanah hancur karena terkena hujan lebat, TIDAK PERNAH. Tiba-tiba kita komentar ketika mereka melakukan kesalahan, yang sesunguhnya bukan seratus persen salah mereka. kebanyakan kita hanya bisa memvonis, jangankan memberikan solusi terkadang niat untuk membantu saja tidak.
Edisi : Kamis, 28 Rabiul Awwal 1435 H / 30 Januari 2014
By : (AL - FA)
0 komentar:
Posting Komentar