Ibu.....rasa sakitmu ketika melahirkanku masih dapat kurasakan hari ini, keringatmu yang bercucuran tiada henti, genggaman tanganmu dan teriakanmu yang mewakili sakit tiada tara pun masih terdengar. Akhirnya semua terbalas tatkala kau melihatku. Ibu aku merindukanmu
Ibu masih ku dengar detak jantungmu, ketika aku selalu kau peluk hanya untuk meniduri atau mendiamkan ku dari tangis. Aku tahu kau selalu tahan kantukmu hanya untuk menjaga bayi kecil ini. Ibu aku merindukanmu
Tiada hari tanpa pelukanmu, ciuman sayangmu dan belaian kasihmu. Akupun merasa aman. Hari-hari kulalui dengan tawa dan canda bersama mu ibu, terima kasih. Ibu aku merindukanmu
Tak terasa aku mulai merangkak, berlajan lalu berlari dan ini hari pertamaku masuk sekolah dasar, aku bertemu teman-teman baru serta guruku yang baik dan sabar, namun aku masih ingat bu, aku tak mau belajar jika tak melihatmu didepan pintu, ternyata kau pun tak bergeser dari pintu itu. Sekali lagi terima kasih ibu.
Ibu aku merindukanmu
Alhamdulillah berkat do’amu aku dapat naik ke kelas 2, lalu aku katakan padamu “ ibu mulai hari ini tak usah mengantarkan ku lagi karna aku sudah berani berjalan sendiri”, ya karna tak mau merepotkan ibu ku beranikan ke sekolah sendiri walau sesunguhnya aku masih takut, tanpa ku sadari ternyata ibu membuntutiku sampai sekolah, itu kuketahui dari temanku yang melihat ibu dibelakangku. Subhanallah. Ibu aku merindukanmu
Ibu...masih ingatkah kau.....ketika aku pulang sekolah dalam keadaan menangis karena diganggu temanku, lalu ibu berbisik “ Anakku sayang tak apa itu tandanya Allah sayang sama kamu, sabar ya, besok Insya Allah ibu temani ke sekolah”, sampai detik ini masih kurekam kata-kata mutiara itu. Ibu aku merindukanmu
Ya...... masa sekolah dasar adalah hari-hari indahku bersamamu, kau selalu ada untukku dalam tangisku, sedih dan marahku. Aku tahu sebelum tidur kau selalu mengintip kekamarku, hanya memastikan pujaan hatimu sudah tidur atau belum lalu kau masuk perlahan dan mencium keningku, dan berkata sayu “selamat tidur anak ibu sayang”. Ibu aku merindukanmu
Tahun terus berganti. Aku lulus SD dan memasuki dunia baru SMP, ketika pendaftaran aku ditemani ibu, senang sekali rasanya, sesekali kupamerkan ibu pada temanku yang juga mendaftar di sekolah itu. Kukatakan pada mereka “ hei, kenalkan ini ibuku”. Ibu aku merindukanmu
Hari-hari menyenangkanpun kulalui di Dunia SMP, kebanyakan teman-temanku adalah orang-orang kaya, maklum saja sekolahku adalah salah satu sekolah favorit dikota tempat tinggalku dulu, semangat belajarku semakin tinggi karena sebagian besar anaknya pintar-pintar, tak jarang kami berlajar kelompok secara bergantian dari rumah ke rumah kami, terkecuali aku, yang sering mengelak ketika giliran belajar kelompok dirumah. Entah kenapa semenjak memasuki dunia SMP dan berteman dengan mereka, yang mampunyai rumah bagus dan ibu yang terlihat cantik, aku jadi malu dengan keadaan rumahku yang kecil dan ibu yang terlihat kampunga.
Semakin hari kegiaanku semakin padat disekolah, waktu bersama ibupun berkurang, tak jarang ketika disuruh ibu aku enggan dengan alasan sibuk- padahal karena malas saja-. Aku mulai sering pulang malam, entah dari rumah teman atau ajakan teman-teman untuk ikut sebuah acara.
Sebagai seorang wanita yang mulai beranjak dewasa aku mulai senang pada seorang pria yang dimataku dia tampan dan pintar, Dialah sainganku disekolah, hampir selalu kami bergantian antara peringkat 1 dan 2. teman-teman juga selalu mengolok kami ketika nama ku disebut atau namanya.
Suatu saat si Dia ulang tahun, karena ortunya termasuk keluarga elit, acara dilakukan dirumahnya selama dua hari, seluruh kelas, keluarga dan karyawan ortunya diundang, terlebih kelas kami diharuskan menginap, menyenangkan sekali tiada waktu tanpa tawa, agar tidak jemu kamipun membuat permainan di belakang rumah, tak sadar ternyata handphoneku ketinggalan dirumah terlebih aku lupa pamitan.
Pagi 12 Desember 2008
Pagi harinya aku pulang diantar teman pakai mobil, dari ujung gang aku melihat ada bendera berwarna putih yang sepertinya tak asing lagi bagiku, “ mungkin ada tetanggaku yang meninggal” pikirku. Aku masuki perlahan jalan setapak kerumahku, tinggal satu belokan lagi lalu tujuh rumah sebelah kiri itulah rumahku, hati ini mulai merasakan dag dig dug, kenapa orang-orang agak rame ke arah rumahku, dan..... Astagfirullah...... bendera putih itu tertancap tepat di depan rumahku, sambil berlari kencang air mata mulai menetes ke pipi ini, “siapakah yang meninggal”, sampai didepan rumah kaka langsung mendorongku dan berkata dengan nada sangat marah,”kamu kemana saja dua hari tak pulang dan tidak memberi kabar”.
“maaf ka handphone ku ketinggalan dirumah” maafku sambil menangis
“ia, tapi kenapa gak pinjam temanmu kasih kabar ke ayah atau ke ibu kamu di mana”
“ maaf aku yang salah kak”
Melihat aku diluar bersama kaka bertengkar, ayah langsung menghampiri dan menenangkan kaka, aku langsung memeluk ayah.
“ ayah siapa yang meninggal” kataku
“ nak dua hari ini ayah dan ibu bingung mencari kamu dan tadi malam ibu nekat mencari kamu naik motor sendirian, dalam perjalanan motor ibu ditabrak dari belakang oleh truk besar dan ibu meninggal seketika”.
Ya Allah..... ibu....., jantungku terasa berhenti, seolah badan ini melayang entah kemana, sekejab terlintas masa laluku bersama ibu, senyumnya, tawanya dan candanya.
Aku berlari masuk ke ruang tamu sambil mengusap air mata yang semakin bercucuran tak kupedulikan orang-orang yang melihatku dan stop seketika didepan pintu, YA ALLAH.......benarkah ini ibu, Rabb aku berharap ini adalah mimpi, sambil berharap kudekati dan kubuka kain putih yang menutupi wajahnya. Dan.......Allah Akbar ternyata benar ia adalah ibuku. IIBUUUUU.............jangan pergi, aku sayang ibu, maafkan aku ibu. Ayah.............(teriakku semakin menjadi), Ayah datang dan memegang pundakku untuk menenangkanku, kutatap wajah ibu, entah kenapa aku merasa sedang bersamanya di alam lain, seperti mimpi ibu sedang mengedongku sambil tertawa akupun tertawa bersamanya, terlintas juga ibu yang mensuportku untuk belajar berjalan, “Ayo nak terus kesini datangi ibu” kata ibu, ternyata aku sampai ke tangan ibu, kulihat senyum bahagianya lalu mengendongku dan mencium pipiku, terlintas pula ibu yang mengantar ku pergi sekolah sambil bernyanyi, ”naik-naik kepuncak gunung”, kami tertawa lepas, bahagia sekali......... Ibu aku merindukamu
.
Untuk terakhir kalinya aku melihat ibu, berdiri diatas pekuburan, melihat sang malaikat duniaku terbungkus kain kafan sedang diangkat ayah dan paman di liang lahat, perlahan pocong ibu dibuka dan ditempelkan ketanah menghadap kiblat, aku ingin menjerit.......aku ingin teriak.......Ya Allah kenapa kau ambil ibuku secepat ini.....
20 April 2010
Di atas kuburan ibu, aku tumpahkan semua isi hati ini
“ Ibu hari-hari tanpamu rumah terasa hampa, seolah tak ada artinya rumah itu tanpa hadirnya ibu, ibu aku merindukanmu, nilaiku anjlok semenjak kau tak lagi dirumah, aku jadi malas belajar dan malas untuk berbuat apa-apa, ibu apakah kau lihat aku disini........apakah kau mendengarku........”. Ibu aku merindukanmu
Tapi......tak boleh, aku tidak boleh terus begini aku harus rajin belajar dan menjadi anak sholeh agar kelak ibu bangga denganku walau ibu telah disana. Ibu........sekarang aku sudah SMA aku berjanji dihadapanmu hari ini, akan rajin belajar dan terus beribadah untuk menjadi anak sholehah agar dapat mendoakanmu, maafkan atas khilafku ibu.......aku menyayangimu.........aku mencintaimu........ibu aku merindukanmu...............
Teman selagi ibumu masih ada berbuat baiklah kepadanya
Do’a kanlah ibu, karena ibu selalu mendo’akanmu
Cintailah ibu, karena ibu mencintaimu
Sayangilah ibu, karena ibu menyayangimu
Edisi : Jum'at, 5 Rabiul Awwal 1436 H / 26 Desember 2014
By : AL-FA
0 komentar:
Posting Komentar