Cengeng.......... mungkin itu yang ada dalam benak kita ketika berbicara tentang “MENANGIS”, seperti anak kecil yang kelaparan jika ingin menyusu ia akan memanggil ibunya dengan tangisan, seperti seorang anak yang sedang bermain dengan teman sebayanya tatkala berebut mainan yakinlah akan ada salah satunya yang menangis, seperti seorang ibu yang kehilangan anaknya ia akan menjawab semua nasehat sabar saudaranya dengan menangis, atau bahkan seorang yang sedang putus cinta tentunya tiada hari tanpa menangis.
Fenomena ini tentunya tidak hanya terjadi dalam kehidupan realita, film-film atau drama-drama diatas pangungpun rasanya seperti sayur tanpa garam jika tak ada adegan tangisnya, bahkan jika mau didramatisir bukan sinetron namanya kalau tak ada yang menangis, bukan hanya itu di acara-acara perlombaan tarik suara atau unjuk bakat juga akan selalu di tampilkan gambar orang-orang yang menangis tatkala jawaranya tereliminasi, hasilnya seolah semua tersihir untuk menangis.
Teman...... tangisan itu adalah fitrah, siapapun pernah menangis, karena tangisan merupakan bahasa tubuh yang terkadang tak disadari oleh pelakunya sendiri, ia dapat datang kapan saja baik diundang ataupun tidak. menangis merupakan salah satu exspresi hati yang nampak, tak jarang ada yang berlebihan atau sekedar mata yang berkaca-kaca di hiasi dengan kerutan mulutnya, ya... begitulah setiap kita memang berbeda mengekspresikan kegundahan hatinya, namun yang menjadi kesepakatan kita tentunya adalah setiap menangis pasti akan meneteskan air mata
Wahai saudaraku !!! kita meyakini bahwa diri ini diciptakan oleh Allah SWT juga meyakini bahwa kita tak akan mampu berbuat apa-apa tanpa seijinnya, kasih sayangnya berbanding jauh dengan kemurkaannya, cintanya melebihi cinta seorang ibu pada bayinya dan kelembutannya jauh melebihi lembutnya kulit si jabang bayi. Manakala seseorang mengetahui dan menghayati akan hal ini niscaya iapun akan meneteskan air matanya
Kapan terakhir kali kita meneteskan air mata?..... disaat kita meneteskan air mata karena dunia pernahkah kita meneteskan air mata karena akhirat, disaat kita meneteskan air mata karena tertawa pernahkah kita meneteskan air mata karena ingat akan dosa, disaat kita menangis karena saudara kita meninggal dunia pernahkah kita menangis karena ingat kita akan menyusulnya.
Betapa bodoh diri ini manakala tidak mengetahui hakikat hidupnya.
Maka berdo’alah :
YA RABB MAAFKANLAH DIRI INI YANG TERLUPA MENGINGATMU
AWAN SUCI YANG BERGERAK DAN BURUNG CANTIK DENGAN KEPAKAN SAYAPNYA ITU ADALAH TASBIH NYA, NAMUN MULUT KOTORKU INI TAK PERNAH BERUCAP ASMA MU
LAUTAN PUN MARAH BUMI MUNGKAR DAN GUNUNG MELUMAT PADA KAMI MANUSIA, TERNYATA AKU TAK PERNAH TAHU AKAN HAL ITU, MAAFKAN AKU WAHAI SAUDARAKU, SAUDARAKU SAMPAIKAN PADA PENCIPTAMU AKU MENCINTAINYA AKU INGIN JUMPA DENGANNYA.
Carilah waktu luangmu tuk bermuhasabah, hadapkan wajahmu ke arah kiblat yakinlah Allah melihatmu, ingatlah dosa apa yang telah dikumpulkan hari ini, gibah, mencuri, tidak sholat, menyakiti hati suami atau istri, memukul anak atau membunuh binatang beri tahu itulah dosa yang telah dilakukan dan mohon ampunlah kepada Allah SWT. Walaupun yakinlah sesungguhnya Ia tahu apa yang kau lakukan namun Allah SWT menunggumu tuk bertaubat dan meneteskan air mata, air mata taubat bukan air mata buaya, betapa ruginya manusia yang tak pernah bertaubat dan mengetahui kekurangan dirinya, merasa suci hanya dengan rajin sholat 5 waktu padahal selalu bergibah, merasa hebat bisa berceramah padahal memiliki hati yang kotor bak comberan yang sangat bau, atau merasa jiwanya bersih padahal selalu membawa kotoran dalam perutnya. Ingatlah kita bukan orang suci yang bebas dari dosa maka tundukanlah kepala dan hati lakukan pada malam hari tujui ilahi dan tangisi diri.
Edisi : Jum'at, 26 Jumadil Awwal 1435 H / 28 Maret 2014
By : (AL - FA)
0 komentar:
Posting Komentar